OLEH-OLEH DARI GAZA

Sekeping Hikmah dari Drg. Harfindo Nismal - Relawan Tim Medis Ke Gaza


Sobat Cendekia, Masih ingat dengan Misi pengiriman Tim Medis dari Indonesia, beberapa waktu lalu? Salah satunya adalah seorang dokter gigi spesialis bedah mulut dari salah satu rumah sakit yang ada di Sumatera Barat. Beliau juga merupakan seorang dosen di fakultas kedokteran di UNAND. Tadi saya baru saja selesai mendengarkan langsung sharing beliau terkait dengan keberangkatan beliau ke Gaza, bagaimana di sana dan bagaimana akhirnya kembali lagi ke Indonesia.

Setiap Sesi 'Penuh Bawang'

Opening acara sudah membuat tenggorakan kami bengkak, mata kami terasa hangat, dada kami membuncahkan sebuah rasa yang tidak biasa. Doa yang dilantunkan panitia membuat room zoom meeting terasa haru membahana.  Ini baru permulaan, pembukaan acara. belum isinya. Allahu akbar. lagi-lagi saya hanya bisa melantunkan sayup-sayup takbir. Padahal hari ini kondisi saya lagi tidak sehat. Tapi seketika, sakit ini hilang. Allahu Akbar. Saya tidak ingin melewati sesi ini seorang diri, mulailah saya menyebarkan informasi ini ke grup-grup penting. Pas juga ada seorang donatur tetap saya untuk Palestina juga lagi chat terkait infak daging Qurban untuk Palestina. Sekalian saya mengabari info kegiatan ini. Semoga Allah berikan hidayahnya untuk kita semua. Baik yang hadir maupun yang hanya merasakan kehadiran melalui tulisan saya ini. 

Sharing Session Time Bersama Drg. Harfindo Nismal

Sesi ini sebetulnya dimulai dari awal keberangkatan, selama di perjalanan, pemeriksaan di perbatasan, sesampai di sana dan sampai proses pulang kembali ke Indonesia. Tapi khusus kali ini saya hanya membahas terkait moment-moment dari hasil petikan ibroh dari beliau.  

Sepulang dari Gaza, Drg. Harfindo Nismal membawa lebih dari sekadar kisah dan pengalaman—ia membawa sepotong hikmah yang mengguncang batinnya dan menggetarkan hatinya. Di negeri yang penuh ujian, ia menyaksikan keajaiban yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Di tengah keterbatasan dan cobaan yang tak berkesudahan, seorang ibu yang telah melalui tujuh hingga delapan kali operasi melahirkan, tiba-tiba mendapatkan karunia yang tak terduga. Saat melahirkan anak kesembilan, segalanya berlangsung lancar."Maasya Allah... keajaiban Allah."

Ketika seorang anggota keluarga gugur sebagai syahid, mereka tidak meratapi dengan tangisan tanpa arah. Sebaliknya, mereka tersenyum, menundukkan kepala, lalu mengucapkan satu kalimat sederhana namun penuh makna—Alhamdulillah. Bukan sekadar ucapan biasa, tetapi tanda penerimaan terhadap takdir, sebuah ungkapan yang menggambarkan keimanan mereka yang tak tergoyahkan. "Allahummasta’an," bisik mereka, menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta.

Saat sebuah gedung hancur diterjang bom, Drg. Harfindo melihat sesuatu yang membuatnya terdiam. Bukannya berlari menjauhi, orang-orang Gaza justru mendekat, mencari mereka yang mungkin masih hidup, menolong dengan tangan kosong, tanpa gentar. Keberanian ini begitu luar biasa, tak seperti di tempat lain di mana ketakutan akan bahaya justru menguasai. Tapi mereka bukanlah ketakutan atau pelarian diri. Sebaliknya, orang-orang Gaza bergerak mendekat, mencari mereka yang butuh pertolongan. Ketangguhan ini begitu menggetarkan hati, keberanian mereka sungguh luar biasa.



Tetapi yang paling menggugah hatinya adalah bagaimana mereka menjalani hidup. Mental mereka begitu kuat, hati mereka lapang dalam menerima takdir. Di tengah segala keterbatasan, dunia tetap berjalan seperti biasa—anak-anak bermain, orang-orang bekerja, senyum mereka tidak pernah hilang. Harapan tetap bersemi, optimisme mengalir dalam setiap langkah mereka.
Dan satu hal yang selalu membuatnya tersenyum adalah bagaimana orang-orang Gaza melihat Indonesia. Setiap kali bertemu warga Indonesia, mereka selalu berkata, Habibi!—"Sayangku, kekasihku." Sebuah panggilan penuh kasih sayang, tanda bahwa hubungan antara hati manusia tidak dibatasi oleh jarak, bahasa, atau batas negara.
Sepulang dari Gaza, Drg. Harfindo menyadari bahwa ia bukan hanya membawa cerita, tetapi membawa semangat, membawa hikmah, membawa harapan. Gaza telah mengajarkannya sesuatu yang dunia luar mungkin sulit pahami—tentang keberanian, keteguhan hati, dan keajaiban iman yang menjadikan kehidupan tetap bermakna, bahkan dalam ujian terberat sekalipun.
Sepulang dari Gaza, Drg. Harfindo Nismal bukan hanya membawa kenangan, tetapi juga pelajaran kehidupan yang mengubah pandangannya selamanya.


Di tengah ujian yang begitu berat, rakyat Gaza tetap menjunjung tinggi pendidikan. Banyak dari mereka yang memiliki gelar sarjana, bahkan hingga S2 dan S3—suatu hal yang luar biasa bagi sebuah wilayah yang terus diuji. Mereka memahami bahwa ilmu adalah cahaya, kekuatan yang tak bisa dirampas.
Ketika Drg. Harfindo bertemu seorang petugas kebersihan, ia tertegun. Tak hanya menjalankan tugasnya dengan penuh ketulusan, tetapi ternyata ia juga seorang hafiz Al-Qur’an. Betapa luar biasanya, di antara kesibukan dan perjuangan hidup, mereka tetap menjaga kedekatan dengan wahyu Ilahi.
Lebih mengejutkan lagi, banyak dari mereka fasih berbahasa Inggris. Dalam percakapan, mereka mampu berdiskusi dengan jelas dan lancar—suatu tanda betapa mereka terus belajar, berkembang, dan berusaha melampaui batasan yang ada.
Dan satu hal yang selalu menggugah hati Drg. Harfindo adalah bagaimana orang-orang Gaza melihat Indonesia. Setiap kali bertemu warga Indonesia, mereka selalu berkata, Habibi!—"Sayangku, kekasihku." Sebuah panggilan penuh kasih sayang yang menggambarkan ikatan persaudaraan yang begitu kuat.
Mental mereka begitu kokoh, hati mereka lapang dalam menerima takdir. Ketika ada seorang anggota keluarga yang syahid, mereka tidak meratap dengan kehancuran, tetapi justru tersenyum, mengucap Alhamdulillah. Bukan sekadar ucapan biasa, tetapi tanda penerimaan terhadap takdir dengan penuh iman. "Allahummasta’an," bisik mereka, menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta.

Gaza bukan hanya tanah perjuangan, tetapi juga tanah ilmu, keteguhan iman, dan semangat yang tak pernah padam. Gaza telah mengajarkannya sesuatu yang dunia luar mungkin sulit pahami—tentang keberanian, keteguhan hati, dan keajaiban iman yang menjadikan kehidupan tetap bermakna, bahkan dalam ujian terberat sekalipun.







Posting Komentar

Terimakasih Sobat Cendekia telah menjadi "kawan untuak baiyo" :)